Dia anak yang berusia 11 tahun, anak itu harusnya ada di sekolah saat ini. Bukan ada di ruang perawatan anak saat ini. Anemia Aplastik hanya ada 5 % yang ditemukan di indonesia, kasiannya anak itu ia masuk dalam golongan minim itu.
Dia harus melakukan transfusi berulang kali. Di infus ditempat yang berbeda untuk menghindari infeksi. dia sempat dilarikan ke RS umun kota, pulang beberapa hari karena dinyatakan baik-baik saja. Namun tak selang beberapa hari, ia muntah darah lagi. Dan masuk rumah sakit umum daerah.
Dia dirawat lagi, perawat dan dokter disana juga merasa sayang sekali karena ia harus dirawat lagi. aku juga begitu. seharusnya ia ada bersama teman-temannya, bermain, mengikuti tahun ajaran baru, bertemu dengan teman baru, bukan bertemu dengan perawat dan dokter seperti saat ini.
Seminggu sudah ia dirawat, rencananya ia akan dirujuk ke RS kota lagi untuk mendapat pelayanan lebih lengkap dan canggih.
Dia anak laki-laki yang tampan, sangat disayangkan penyakit itu bercokol di dirinya.
Tuhan selalu punya jalan sendiri untuk hambanya, ia tidak sempat mendapat dan dirujuk, malam itu ia muntah darah lagi, keadaannya bertambah buruk dan buruk, benar-benar buruk. ia muntah berulang kali. Padahal terakhir kali kami bertemu ia tersenyun saat kami mengucapkan salam pada semua pasien yang ada ditempat ia dirawat.
Tuhan memang punya cara sendiri yang memang selalu menjadi yang terbaik bagi hambaNya, walau kita selalu memungkirinya. Magrib itu adalah saat terakhir ia berada ditengah-tengah keluargganya. Ia meninggal.
meninggalkan keluarganya, orang-orang yg menyayanginya. Benar-benar, usia orang tidak bisa ditebak.
Padahal kami berencana akan menjenguknya pagi harinya, tapi kabar tersebutlah yang kami terima.
Selamat jalan dek....semoga ini yang terbaik untukmu....walaupun ini tak pernah kusangka.....akan menjadi seperti ini...